Kamis, 28 Februari 2013

Manajemen Kerugian Bag.2

“Jika Allah berkehendak menolong kamu, maka tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan kamu, sebaliknya, jika Allah membiarkan, maka siapakah yang dapat menolongmu selain Allah tentunya. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin berserah diri.” (Âli ‘Imrân: 160).

“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan melalui kesabaran dan shalat…” (al-Baqarah: 45).

Di antara makna sabar adalah menerima apapun kejadian dengan hati lapang, hati ikhlas dan percaya bahwa Allah ada di balik semua hal.

Kelapangan dan keikhlasan dalam menyikapi problematika kehidupan akan membuat hati menjadi rileks dan pikiran menjadi jernih.

Sedangkan shalat dalam makna seluas-luasnya adalah menundukkan hati, pikiran dan jiwa raga kepada Allah, Tuhan Penguasa Alam.

Siapa saja yang mengharapkan pertolongan Allah, sebisa mungkin menjaga agar hal-hal negatif tidak terulang lagi dan kemudian berbuat sebanyak mungkin amal kebajikan.

Inilah juga sebagian dari materi manajemen kerugian, manajemen kekecewaan, yang sebagian besarnya banyak dikupas nanti pada judul “Cahaya Seribu Lilin”.

Seseorang yang sedang mengalami keterpurukan dan ketersudutan,

tetapi ia bisa menerimanya dengan tingkat keikhlasan yang tinggi,

apalagi dibarengi dengan kesadaran bahwa apapun yang terjadi adalah kebaikan baginya, dan penerimaan resiko; maka keterpurukan dan ketersudutannya itu bukanlah kerugian adanya.

Apalagi bila kemudian dalam masa tersebut, ia mau memperbaiki dirinya dengan memantapkan niat mengayuh kehidupan baru, dengan semangat baru, dan dengan motivasi baru, yang ia sandarkan pada kebaikan hubungan baik dengan Allah dan sesamanya.

Bisa dipastikan, kebaikan demi kebaikan berupa perubahan suasana kehidupan akan segera menghampiri.

Sebaliknya, siapa saja yang tidak bisa mengelola sebuah musibah, tidak bisa mengelola sebuah kejatuhan dan kepahitan, maka akan berlipat-lipat kerugian yang dialaminya.

Contoh sederhana misalnya,

seseorang bangkrut, lalu ia tidak bisa menerima kebangkrutannya secara sewajarnya,

dalam artian putus asa, biasanya ia akan lama sekali terkungkung dalam kebangkrutannya,

apalagi bila ia alihkan kekecewaannya ke hal-hal negatif.

Kerugian yang ia alami minimal dua kali. Pertama, rugi karena kebangkrutannya. Kedua, rugi karena kehilangan motivasi dan harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us

Artikel Favorit...